Arin Widiyanti - detikNews
Jakarta - Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus boleh bernapas lega. Pasalnya, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tengah gencar-gencarnya menyosialisasikan pendidikan inklusi. Apa itu pendidikan inklusi? "Pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan anak yang mempunyai kelainan untuk bersekolah di sekolah umum," jelas Sekretaris Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, Sungkowo M, di sela-sela seminar "Apa dan Bagaimana pendidikan Inklusi?" di Graha Depdiknas Jl. Sudirman, Jaksel, Sabtu (19/2/2005). Menurutnya, pendidikan inklusi juga diatur dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 yaitu pasal 32 tentang layanan pendidikan khusus. Sistem ini pada dasarnya diaplikasikan ke semua tingkat sekolah, baik umum maupun swasta. Sayangnya, saat ini baru ada 500 sekolah yang 'berkenan' menerapkan sistem pendidikan inklusi dengan 5.000 siswa yang mempunyai kelainan. Sistem ini selama ini cukup sulit berkembang. Penyebabnya, tidak banyak guru yang mempunyai ketrampilan khusus menangani anak-anak yang memiliki kelainan fisik dan mental. Anak-anak dengan kelainan itu banyak yang ditolak masuk sekolah umum dan menjatuhkan pilihannya ke Sekolah Luar Biasa (SLB). "Saya imbau para orangtua murid yang mempunyai anak cacat untuk memberi treatment sama dengan anak normal dengan memasukannya ke sekolah umum. Dan untuk mendukung sistem ini sekarang sedang dirancang Peraturan Pemerintah (PP) tentang Layanan Pendidikan Khusus yang rencananya Mei akan disahkan," jelasnya. Dia juga meminta pemerintah memberikan dana kompensasi BBM untuk mendukung pendidikan inklusi ini dengan memberikan beasiswa. "Beasiswa bukan hanya membebaskan SPP, tapi juga seragam dan alat sekolah," harapnya. Untuk menyukseskan sistem pendidikan inklusi, pihaknya juga akan melakukan pelatihan kepada guru dan kepala sekolah, sehingga mampu memberikan layanan kepada anak yang mempunyai kelainan. "Tujuan pendidikan inklusi adalah agar tidak membedakan anak yang berkelainan atau tidak agar nantinya tidak merepotkan masyarakat," demikian Sungkowo. (nrl/)
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/02/tgl/19/time/143401/idnews/294296/idkanal/10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar