Jumat, 26 November 2010

Nilai-nilai Konflik

1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984).
9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341).
10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)

Penyebab Konflik

Individu-individu dalam organisasi mempunyai banyak tekanan pengoperasian organisasional yang menyebabkan konflik. Secara lebih konsepsual Litterer mengemukakan empat penyebab konflik organisasional, yaitu:

1. Suatu situasi dimana tujuan-tujuan tidak sesuai.
2. Keberadaan peralatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-alokasi sumber daya yang tidak sesuai.
3. Ketidak tepatan status suatu masalah.
4. Perbedaan persepsi.

Di dalam organisasi terdapat empat bidang struktural, dan di bidang itulah konflik sering terjadi, yaitu:

* Konflik hirarkis, adalah konflik antara berbagai tingkatan organisasi.
* Konflik fugsional, adalah konflik antara berbagai departemen fungsional organisasi.
* Konflik lini-staf, adalah konflik antara lini dan staf.
* Konflik formal-informal, adalah konflik antara organisasi formal dengan organisasi informal

Penyebab Konflik

1. Interdepence >tidak semua interdependence menyebabkan konflik, jika:
a. ada kerjasama antar anggota dalam interdepence shg konflik ↓
b. ada kompetisi antar anggota dalam interdepence shg konflik ↑ Deutch (1949): >pure cooperation -> promotive interdependence : dengan menolong >pure competition -> contrient interdependence : anggota bisa meraih tujuannya hanya jika anggota lain gagal memilihnya
2. Influence stategies >strategi-strategi untuk mempengaruhi orang lain, ancaman, hukuman dan negatif reinforcement -> meningkatkan konflik
3. Misunderstanding dan misperception

Sumber : Handout Psikologi Kelompok, (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Lima Tahap Perkembangan Konflik

STORMING : KONFLIK DALAM KELOMPOK >Munculnya disagreement, pertengkaran dan friksi diantara anggota kelompok yang melibatkan kata-kata, emosi dan tindakan. Tahap-tahap perkembangan konflik:
1. Disagreement >perlu segera diindentifikasi disagreementnya: • apakah benar-benar ada atau sekedar kesalahpahaman • apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri • jika benar-benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional minor

2. Confrontation >dua orang atau lebih saling bertentangan -> verbal attack. >diakhir tahap ini, tingkat koalisi (sub kelompok dalam kelompok) dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi (membentuk blok-blok).

3. Escalation >pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik -> timbul mosi tidak percaya (distrust), frustasi dan negatif reciprocity.

4. Deescalation >berkurang atau menurunnya konflik >anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan berdebat
Mekanisme pengolahan konflik:
a. Negosiasi : secara interpersonal sengan asumsi bahwa tiap orang akan mendapatkan keuntungan dengan adanya situasi – distributive issues : negosiasi berhasil, satu pihak puas, pihak yang lain mengikuti karena pihak yang lain itu memiliki power – integrative issues : negosiasi berhasil, kedua pihak merasa puas (win win solution) b. Membangun kepercayaan : dengan mengkomunikasikan keinginan individu secara hati-hati dan harus konsisten antara apa yang diomongkan dengan perilaku aktualnya

5. Conflict Resolution >tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas akan hasilnya



Sumber : Handout Psikologi Kelompok, (Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

Storming :Konflik dalam kelompok

Pada tahap ini, pembangunan peran diantara masing-masing peserta mulai terbentuk. Storming merupakan fase yang sangat penting dalam dinamika kelompok, karena pada tahap ini akan terjadi tarik menarik, uji coba, bahkan konflik. Benturan antarpribadi sangat mungkin terjadi pada tahap ini – bahkan benturan antara peserta dengan pemimpin kelompok. Seorang fasilitator diharapkan dapat memberikan dukungan kepada seluruh kelompok. Dengan mengembangkan dan menggunakan teknik-teknik fasilitasi, fasilitator juga perlu senantiasa mengingatkan peserta akan tujuan dan norma-norma kelompok. Usahakan agar fasilitator dapat menjaga terjadinya keterbukaan dan mendorong setiap peserta untuk mengatasi konflik yang terjadi.

Sumber : http://oktavya.wordpress.com/2010/10/20/tahapan-pembentukan-kelompok/

Proses Pertukaran Sosial

Pada umumnya,hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan masyarakat lain di lihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut,yang terdapat unsur ganjaran , pengorbanan dan keuntungan . Ganjaran merupakan segala hal yang diperolehi melalui adanya pengorbanan,manakala pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antara dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan,dan persahabatan.

Analogi dari hal tersebut, pada suatu ketika anda merasa bahwa setiap teman anda yang di satu kelas selalu berusaha memperoleh sesuatu dari anda. Pada saat tersebut anda selalu memberikan apa yang teman anda butuhkan dari anda, akan tetapi hal sebaliknya justru terjadi ketika anda membutuhkan sesuatu dari teman anda. Setiap individu menjalin pertemanan tentunya mempunyai tujuan untuk saling memperhatikan satu sama lain. Individu tersebut pasti diharapkan untuk berbuat sesuatu bagi sesamanya, saling membantu jikalau dibutuhkan, dan saling memberikan dukungan dikala sedih. Akan tetapi mempertahankan hubungan persahabatan itu juga membutuhkan biaya (cost) tertentu, seperti hilang waktu dan energi serta kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak jadi dilaksanakan. Meskipun biaya-biaya ini tidak dilihat sebagai sesuatu hal yang mahal atau membebani ketika dipandang dari sudut penghargaan (reward) yang didapatkan dari persahabatan tersebut. namun, biaya tersebut harus dipertimbangkan apabila kita menganalisa secara obyektif hubungan-hubungan transaksi yang ada dalam persahabatan. Apabila biaya yang dikeluarkan terlihat tidak sesuai dengan imbalannya, yang terjadi justru perasaan tidak enak di pihak yang merasa bahwa imbalan yang diterima itu terlalu rendah dibandingkan dengan biaya atau pengorbanan yang sudah diberikan.

Analisa mengenai hubungan sosial yang terjadi menurut cost and reward ini merupakan salah satu ciri khas teori pertukaran. Teori pertukaran ini memusatkan perhatiannya pada tingkat analisa mikro, khususnya pada tingkat kenyataan sosial antarpribadi (interpersonal). Pada pembahasan ini akan ditekankan pada pemikiran teori pertukaran oleh Homans dan Blau. Homans dalam analisanya berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya. Akan tetapi Blau di lain pihak berusaha beranjak dari tingkat pertukaran antarpribadi di tingkat mikro, ke tingkat yang lebih makro yaitu struktur sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan bagaimana struktur sosial yang lebih besar itu muncul dari proses-proses pertukaran dasar.

Berbeda dengan analisa yang diungkapkan oleh teori interaksi simbolik, teori pertukaran ini terutama melihat perilaku nyata, bukan proses-proses yang bersifat subyektif semata. Hal ini juga dianut oleh Homans dan Blau yang tidak memusatkan perhatiannya pada tingkat kesadaran subyektif atau hubungan-hubungan timbal balik yang bersifat dinamis antara tingkat subyektif dan interaksi nyata seperti yang diterjadi pada interaksionisme simbolik. Homans lebih jauh berpendapat bahwa penjelasan ilmiah harus dipusatkan pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara empirik.[1] Proses pertukaran sosial ini juga telah diungkapkan oleh para ahli sosial klasik. Seperti yang diungkapkan dalam teori ekonomi klasik abad ke-18 dan 19, para ahli ekonomi seperti Adam Smith sudah menganalisa pasar ekonomi sebagai hasil dari kumpulan yang menyeluruh dari sejumlah transaksi ekonomi individual yang tidak dapat dilihat besarnya. Ia mengasumsikan bahwa transaksi-transaksi pertukuran akan terjadi hanya apabila kedua pihak dapat memperoleh keuntungan dari pertukaran tersebut, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dapat dengan baik sekali dijamin apabila individu-individu dibiarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya melalui pertukaran-pertukaran yang dinegosiasikan secara pribadi.

FORMING: MENJADI SEBUAH KELOMPOK

Soliditas adalah modal dasar yang sangat penting dalam sebuah tim. Ibarat sebuah bangunan dalam sebuah gedung, soliditas layaknya fondasi yang menentukan sebarapa kuat sebuah gedung bisa ditinggikan dan seberapa besar beban yang bisa ditanggung oleh gedung tersebut. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dibangun untuk membentuk sebuah tim yang hebat adalah kekompakan atau soliditas dalam sebuah tim.

Betapa tidak sebuah tim sejatinya adalah sebuah organisasi. dan sebagaimana sebuah organisasi, maka ia terdiri dari berbagai individu yang bergabung, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama. Dari sinilah mengapa soliditas atau kekompakan menjadi kunci keberhasilan sebuah tim kerja. Karena individu yang bergabung kemudian bekerjasama tentu perlu menyamakan persepsi dan perasaan agar proses kerjasama bisa berjalan dengan lancar dan tujuan bisa tercapai dengan cara yang terbaik. Nah proses inilah yang kemudian biasa disebut dengan istilah membangun tim (team building). Proses ini adalah tahapan paling kruisal, karena kekompakan adalah sesuatu yang sangat sering kita dengar tapi sangat jarang kita temukan/rasakan.

Sebuah kelompok yang solid tentunya tidak terbentuk begitu saja. Sebuah tim, sekuat dan sebagus apapun potensi masing-masing individu yang menjadi anggotanya tentu memerlukan waktu yang cukup agar mereka bisa bekerjasama dengan baik. Oleh karena itu sebuah tim juga memiliki fase-fase yang harus dilewati untuk menjadi tim yang hebat. Fase-fase itu adalah FORMING, STORMING, NORMING, PERFORMING dan ADJOURNING. Fase-fase ini tentu adalah pola umum yang biasa terjadi pada sebuah tim.

Forming (pembentukan), sebuah kelompok terbentuk karena memiliki tujuan yang sama. Tujuan adalah satu prasayarat utama kenapa sebuah kelompok terbentuk. Dalam arti lain tujuan ini mungkin bisa diwakili oleh kepentingan. Sekelompok orang yang memiliki kepentingan yang sama pasti secara alami akan memiliki rasa solidaritas dan persamaan sehingga bisa selanjutnya terbentuk menjadi sebuah kelompok.

Namun sekedar tujuan/kepentingan tidak menjamin sebuah kelompok akan berjalan dengan baik. Karena fase kedua pasti akan dilalui, yaitu storming. Storming (badai/uijian) adalah fase kedua yang harus dilalui. Setiap kelompok pasti akan diuji akan persamaan kepentingannya. Konflik mulai terjadi dan ada perselisihan. Hal ini terjadi karena masing-masing individu memliki latar belakang, persepsi, cara kerja dan kebiasaan yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan memicu konflik, sehingga seacara alamiah akan terasa kebutuhan terhadap standar, aturan dan kesepahaman dalam melakukan sesuatu. Fase inilah yang disebut dengan Norming (pembentukan norma-norma/aturan). Dan untuk mencapai fase ini komunikasi dan saling memahami antar anggota tim sangatlah penting. Jika ketiga fase tersebut bisa dilalui dan berjalan dengan lancar, maka sebuah tim bisa menjadi tim yang hebat!

Namun tidak cukup dengan kekompakan saja, untuk menjadi tim yang hebat, sebuah kelompok memerlukan beberapa hal lain agar mereka bisa menjadi tim yang hebat. Diantaranya adalah hal-hal berikut ini :
• Clear Goals (tujuan yang jelas)
• Contribution (Kontribusi yang jelas dari masing-masing anggotanya)
• Connection (Koneksi/jaringan yang luas)
• Change Management (Manajemen Perubahan)
• Commitment (Komitmen)
• Conflict Management (Manajemen Konflik)
• Communication (komunikasi yang efektif)
• Cooperation (kerjasama)

Apabila kedepalapan item ini ada dalam sebuah tim, maka tim tersebut akan menjadi tim yang hebat.
SUMBER : MULTIPLY.COM

FORMING : Menjadi Sebuah Kelompok

Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok
cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka
belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk
merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain.

A. Pandangan Psikoanalisis

Menurut Freud, orang bergabung dalam kelompok karena keanggotaan dapat memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis tertentu.
Terdapat 2 proses pembentukan kelompok, yaitu:

1. Identifikasi
energi emosi individu (libido) diarahkan ke dirinya dan orang lain.
Individu menjadikan orang lain (orang tua) sebagai model egonya itulah yang disebut EGO IDEAL. Penerimaan orang tua sebagai objek kasih sayang anak akan membentuk ikatan yang kuat, adanya kepuasan melalui sense of belonging, kesalingtergantungan, perlindungan terhadap ancaman luar dan meningkatkan self development.
2. Transferen
bagaimana pembentukan kelompok pada masa awal kehidupan individu mempengaruhi perilaku kelompok selanjutnya. Individu melihat pemimpin kelompok sebagai figur otoritas sebagaimana individu menganggap seperti orang tuanya.

B. Pandangan Sosiobiologi
Menurut pandangan ini, orang bergabung dalam suatu kelompok untuk memuaskan keinginan yang kuat untuk berafiliasi secara biologis.
Didasarkan teori evolusi dari Charles Darwin : bergabung dengan anggota lain dari satu spesies merupakan ekspresi strategi yang stabil secara evolusioner dan kultural dari individu yang dapat meningkatkan rerata kesuksesan reproduksi.

C. Pandangan Proses Pembandingan Sosial
Menurut Leon Festinger (1950, 1954). individu membutuhkan orang lain karena mereka membutuhkan informasi tentang diri mereka dan lingkungan mereka dan kebutuhan akan informasi. Hal ini hanya dapat dipenuhi dari orang lain. Individu membandingkan diri mereka dengan orang lain tentang keyakinan, opini dan sikap mereka.

D. Pandangan Pertukaran Sosial
Model ketertarikan kelompok, dengan mempertimbangkan :
1. reward
2. cost

Minggu, 31 Oktober 2010

Overview Proses Dasar Dalam Kelompok

overview proses dasar dalam kelompok
A. Overview Proses Dasar Dalam Kelompok-Tahapan proses dasar yang terjadi dalam kelompok

Tahap Pertumbuhan Kelompok

Manusia baik sebagai individu maupun sebagai mahluk sosial selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhannya itu, manusia melakukan berbagai upaya. Upaya tersebut selalu berpedoman kepada pengetahuan kebudayaan yang dimiliki dan digunakannya untuk mempersepsi suatu obyek yang dihadapinya dan setelah disertai dengan harapan-harapan tertentu terhadap obyek, kemudian ia bertindak sesuatu atau berperilaku tertentu terhadap obyek tersebut, baik berupa benda-benda maupun manusia lain. Hampir tidak ada upaya seorang individu yang tidak bersentuhan atau tidak memerlukan campur orang lain. Oleh karena itu manusia selalu memerlukan kehidupan berkelompok.

Sumber :
file.upi.edu/Direktori/A%20.../Modul-4-Dinamika%20Kelompok.pdf

Kesalahan psikologi tentang kerumunan (perilaku massa)

Reicher & Potter (1985) mengidentifikasi adanya lima tipe kesalahan mendasar dalam psikologi tentang kerumunan (perilaku massa) di masa lalu dan masa kini. Kesalahan-kesalahan itu, meliputi yaitu:
(1) abstraksi tentang episode kerumunan bersumber dari konflik antar-kelompok,
(2) kegagalan untuk menjelaskan proses dinamikanya,
(3) terlalu dibesar-besarkannya anonimitas keanggotaannya,
(4) kegagalan memahami motif anggota kerumunan, dan
(5) selalu menekankan pada aspek negatif dari kerumunan.

Reicher (1987), Reicher & Potter (1985) selama ini melihat adanya dua bentuk bias dalam memandang teori kerumunan (crowds) yaitu bias politik dan bias perspektif. Bias politik terjadi karena teori kerumunan disusun sebagai usaha mempertahankan tatanan sosial dari mob dan tindakan kerumunan selalu dipandang sebagai konflik sosial. Sementara itu bias perspektif terjadi karena para ahli hanya berperan sebagai orang luar (outsider) yang hanya mengamati masalah tersebut. Akibatnya, terjadi kesalahan dalam memandang tindakan kerumunan secara objektif.

Ciri-ciri Komunikasi Massa

Ciri-ciri komunikasi massa
1. Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas.
2. Komunikator memiliki keahlian tertentu
3. Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana
4. Khalayak yang dituju heterogen dan anonim
5. Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan
6. Ada pengaruh yang dikehendaki
7. Dalam konteks sosial terjadi saling mempengaruhi antara media dan kondisi masyarakat serta sebaliknya.
8. Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan (pemirsanya) tidak bersifat pribadi.


sumber :wikipedia

Dinamika Gerakan Massa

Jenis-jenis Gerakan Massa (Danzigers)
1. Gerakan Massa Progresif → merombak norma lama, membentuk norma baru
2. Gerakan Massa Status Quo → mempertahankan norma lama (konservatif)
3. Gerakan Massa Reaksioner → orang yang bersikap untung-untungan → lebih lunak/fleksibel, tidak tegas yang penting golongannya tidak
dirugikan

Penyebab Gerakan Massa
Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan individu yang mempunyai dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua dorongan atau keinginan itu dapat dilaksanakan secara baik. Dorongan atau keinginan yang tidak memperoleh pelepasan, terdorong dan tersimpan dalam alam bawah sadar, yang pada suatu ketika akan muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan.
Salah satu pendapat yang dikemukakan oelh Freud bahwa struktur pribadi manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu das es atau the id, yaitu berupa dorongan- dorongan yang pada dasarnya dorongan-dorongan tersebut membutuhkan pemenuhan, ingin muncul dan ingin keluar. Yang kedua adalah das ich atau the ego, yang merupakan sensor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya terutama dengan norma-norma. Yang ketiga, yaitu das uber ich atau the super ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk.
Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang merupakan pedoman-pedoman yang membatsi gerak atau perilaku anggota masyarakat. Dengan adanya norma-norma itu sebagai anggota masyarakat yang baik tidak dapat berbuat seenaknya. Ini berarti bahwa norma-norma itu berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Atas dasar uraian diatas dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya, yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan-dorongan yang muncul dari bawah sadar yang semula ditekannya. Karena itu bila banyak hal ditekan merupakan suatu pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat muncul dipermukaan bila keadaannya memungkinkan, slah satu bentuk adalah dalam massa.

Proses Dinamika Gerakan Massa
1. Pemusatan perhatian
2. Penciptaan suasana kebersamaan
3. Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa
4. Pemimpin membayar massa kemana aktivitas akan massa akan dituju

Munculnya Gerakan Massa

Ada 3 tahap dalam setiap munculnya gerakan massa:
1. Periode inkubasi Ini merupakan kunci munculnya gerakan massa, menjelaskan tentang inkubasi faktor-faktor penyebab munculnya ketegangan structural. Diawali oleh munculnya perubahan structural masyarakat yang terjadi akibat perkembangan yang mengarah pada struktur yang bertingkat-tingkat dan struktur social yang berbeda-beda.
2. Periode Aksi Periode ini dianggap sebagai munculnya aksi yang diperlihatkan dalam gerakan spontanitas, yang cenderung anomie. Gerakan massa ketika sudah berubah ke tingkat aksi ini, maka perlu diupayakan adaptasinya atau penyelesaian.
3. Periode Adaptasi Periode ini merupakan pelaksanaan kontrol sosial (operation of social control), sebagai suatu proses pengadaptasian gerakan yang sudah muncul ke permukaan (adaptation or institutionalization period).
Menurut Smelser, ada dua cara dalam periode ini:
a) Dengan cara aksi represif, melalui pendudukan lokasi gerakan dengan tekanan-tekanan.
b) Dengan cara mengidentifikasi nature of movement itself, yaitu upaya memahami gerakan massa dari sifat dasarnya

Penyebab Gerakan Massa

Penyebab munculnya Gerakan Massa
Menurut Smelser, sebab-sebab yang menimbulkan gerakan massa ada 6, yaitu:
1. Kondusifitas struktural (structural condusivesness)
2. Ketegangan struktural (structural strain)
3. Tersebarnya kepercayaan/keyakinan yang umum (spread of the generalized belief)
4. Faktor-faktor yang mempercepat (precipitating factor)
5. Mobilisasi partisipan untuk bertindak/aksi (mobilization of participants for action)
6. Pelaksanaan kontrol sosial (operation of social control)

Individu dalam Massa

Berikut ini adalah jenis – jenis peranan individu dalam massa :
1. Penggalak : memuji, menyetujui, menerima, menunjukan kehangatan dan kesetiakawanan 2. Wasit : melerai pertikaian antar anggota
3. Kompromis : menawarkan kompromi
4. Pengamat : menyimpan catatan berbagai aspek proses massa
5. Pengikut : mengikuti kegiatan / aktivitas massa ; pasif
6. Penjaga gawang : mambuka saluran komunikasi dengan mendorong partisipasi yang lain 7. Agresor ; merendahkan status yang lain
8. Penghambat : bersikap negatif, selalu menolak dan membantah
9. Pencari muka : sering membual
10. Pengungkap diri : pengungkap perasaan
11. Dominator : menguasai orang lain
12. Help seeker : berusaha menarik simpati

sumber : psikologi massa – Drs. H. Dedi Herdiana

Massa Pasif

Massa pasif yang disebut dengan audience adalah kumpulan orang – orang yang belum melakukan tindakan nyata, misalnya orang-orang berkumpul untuk mendengarkan ceramah, menonton pertunjukan seperti sepakbola, dll.

sumber : klara_ia.staff.gunadarma.ac.id/

Massa Aktif

Massa aktif yang disebut dengan mob, mob adalah kerumunan yang cenderung merusak dan melakukan tindakan kekerasan. Mob terbentuk karena telah adanya tindakan-tindakan nyata, misalnya demonstrasi, perkelahian massal, tawuran dsb Menurut Mc Laughlin, ada 3 kondisi yang melatarbelakangi, yaitu:
* adanya permasalahan yang cukup serius
* upaya penyelesaian masalah yang tertunda
* adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa masalah tersebut harus diselesaikan Faktor-faktor yang menyebabkan massa aktif :
* • perasaan tidak puas → bertukar pikiran → ide baru → perbuatan yang selalu diulang →jika sudah matang ‘massa’
* • tekanan jiwa masyarakat → memuncak dan meledak


sumber : klara_ia.staff.gunadarma.ac.id/

Massa Konkrit

Massa Konkrit adalah massa yang mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

a. adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya
b. adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri
c. mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu
d. bersifat dinamis dan emosional Antara masssa abstrak dan massa konkrit kadang-kadang mempunyai hubungan, dalam arti bahwa masa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi massa yang konkrit dan sebaliknya masa konkrit dapat berubah menjadi massa abstrak.
Tetapi ada kalanya masa abstrak bubar dalam waktu yang singkat.

Massa Abstrak

Massa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas, tidak terorganisir. Massa abstrak adalah kumpulan orang – orang yang sama sekali belum mempunyai ikatan satu kesatuan, norma, tujuan dan motif, tidak adanya struktur yang jelas.

Alasan – alasan munculnya massa abstrak tersebut adalah :
a. adanya suatu kejadian yang menarik
b. individu mendapat ancaman dan ia membutuhkan perlindungan
c. kebutuhan tidak dapat terpenuhi
d. adanya kesamaan minat, perhatian dan kepentingan yang sama

Definisi Psikologi Massa

Massa (mass) atau crowd adalah suatu bentuk kumpulan (collection) individu-individu, dalam kumpulan tersebut tidak terdapat interaksi dan dalam kumpulan tersebut tidak terdapat adanya struktur dan pada umumnya massa berjumlah orang banyak dan berlangsung lama.

a. Massa menurut Gustave Le Bon (yang dapat dipandang sebagai pelopor dari psikologi massa) bahwa massa itu merupakan suatu kumpulan orang banyak, berjumlah ratusan atau ribuan, yang berkumpul dan mengadakan hubungan untuk sementara waktu, karena minat dan kepentingan yang sementara pula. Misal orang yang melihat pertandingan sepak bola, orang melihat bioskol\p dan lain sebagainya (Lih, Gerungan 1900).

b. Massa menurut Mennicke (1948) mempunyai pendapat dan pandangan yang lain shingga ia membedakan antara massa abstrak dan massa konkrit. Massa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas, tidak terorganisir. Sedangkan yang dimaksud dengan massa konkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
1) Adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya.

2) Adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri dan sebagainya.

3) Mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu.

Antara massa absrak dan massa konkrit kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit bisa berubah ke massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa adanya bekas. Apa yang dikemukakan oleh Gustave Le Bon dengan massa dapat disamakan dengan massa abstrak yang dikemukakan oleh Mennicke, massa seperti ini sifatnya temporer, dalam arti bahwa massa itu dalam waktu yang singkat akan bubar.

c. Massa menurut Park dan Burgess (Lih. Lindzey, 1959) membedakan antara massa aktif dan massa pasif, massa aktif disebut mob, sedangkan massa pasif disebut audience. Dalam mob telah ada tindakan-tindakan nyata misalnya dimontrasi, perkelahian massal dan sebagianya. Sedangkan pada tindakan yang nyata, misal orang-orang yang berkumpul untuk menjadi mob, sebaliknya mob dapat berubah menjadi audience.


sumber:http://www.mizan-poenya.co.cc/2010/08/makalah-psikologi-sosial.html

Minggu, 24 Oktober 2010

Massa

Massa adalah salah satu jenis komunikasi, selain Komunikasi Intrapersonal, Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Kelompok, dan Komunikasi Organisasi.

Karakteristik Media Massa:
1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.
4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.

Referensi: Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, 1987; William R. Rivers at.al., Media Massa dan Masyarakat Modern: Edisi Kedua, Prenada Media, Jakarta, 2003; Winarni, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, UMM Press, 2003. (www.romeltea.com).*

Organisasi Menurut para Tokoh

1. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
2. Organisasi Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
3. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Pengertian organisasi
Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengertian Pengorganisasian.
Seperti telah diuraikan sebelumnya tentang Manajemen, Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.
Pengertian Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.


sumber : http://hmti.wordpress.com/2008/02/22/definisi-dan-pengertian-organisasi/

Organisasi formal dan informal

1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.

2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.

Dyad

Komunikasi atau interaksi di antara dua orang (dyad membahas, self-disclosure itu merupakan salah satu karakteristik Kelompok-kelompok tersebut kita ikuti secara sukarela.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah : The dyad family Keluarga yang terdiri dari suami dan anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai 2 berikut: (1) belajar dimulai Teknik MURDER yang menggunakan sepasang anggota dyad dari kelompok beranggotakan 4 orang

sumber : http://mediaindonesia.co.cc/search/label/karakteristik+kelompok+dyad

Tujuan kelompok

Tujuan mempunyai pengertian motivating power. Artinya tujuan akan mendorong orang untuk mencapai tujuannya, demikian pula dengan kelompok. Ada hubungan yang positif antara motif dengan tujuan. Semakin jelas suatu tujuan, semakin kuat motif yang ada, demikian sebaliknya,

Ketertarikan Interpersonal

ketertarikan interpersonal adalah kecenderungan untuk mengevaluasi individu lain dengan penilaian positif secara konsisten.

ada beberapa faktor:

1. DAYA TARIK FISIK, pada sebagian orang ini faktor yang tidak adiluntuk dijadikan kriteria bagi seseorang untuk disukai orang lain.Daya tarik fisik memang berpengaruh menurut penelitian.tetapi kekuatan daya tarik fisik akan melemah jika yang dicari adalah hubungan jangka panjang.
2. KEDEKATAN, dekat disini dekat secara fisik atau lingkungan.
Hal yang membuat kedekatan ini dapat menjadi ketertarikan karena:
1. Semakin dekat tempat, kemungkinan bertemu semakin sering,
2. Informasi tentang orang-orang yang berada di sekeliling anda dapat lebih mudah didapat,
3. Kemungkinan untuk berinteraksi lebih besar.
Jika anda salah satu yang percaya bahwa ada seseorang yang menunggu anda di luar sana, bisa saja orang itu ada di dekat anda.
3. MERASA DEKAT, Salah satu alasan mengapa kedekatan dapat menciptakan rasa suka karena meningkatkan perasaan familiar. Efek perasaan familiar menimbulkan ketertarikan adalah fenomena yang sangat umum.
4. KEMIRIPAN, bahwa orang yang berlawanan menimbulkan daya tarik. Salah satu alasan mengapa kemiripan dapat menghasilkan rasa suka karena orang lebih menghargai opini dan pilihan mereka sendiri dan senang bersama orang yang mengabsahkan pilihannya. Walaupun demikian, kepribadian yang berlawanan dapat juga menarik jika saling melengkapi (komplementer) terutama dalam hal dominasi (Markey, 2007), orang yang dominan akan lebih menyukai pasangan yang seringnya mengalah dan sebaliknya.
5. SOCIAL REWARD, Seseorang cenderung mengulangi tingkah lakunya jika mereka mendapatkan penghargaan atau keuntungan.

sumber: http://psipop.blogspot.com/2009/08/ketertarikan-interpersonal.html

Kelompok Efektif dan Tidak Efektif

Mengfungsikan kelompok secara efektif
Ajarkanlah kepada mahasiswa, peraturan yang berlaku untuk kelompok.
Anggota kelompok diharapkan :

« Berbagi tugas dan peralatan.
« Bekerja sama satu dengan yang lain dengan menggunakan bahasa yang santun dan suara yang baik
« Bersedia mendengarkan pendapat anggota yang lain
« Menghormati anggota yang lain dengan cara bersikap sopan dan memberikan komentar positif terhadap hasil kerja.
« Membantu satu sama lain, terutama bila ada anggota yang mendapat kesulitan.
« Bekerja sama menyiapkan gagasan, presentasi atau proyek yang bagus.
« Membuat catatan pribadi selama berada dalam kelompok.

1. Tetapkan apakah anda menginginkan kelompok yang homogen atau heterogen, serta tentukan jumlah anggota dalam setiap kelompok,. Kelompok homogeny terdiri dari siswa yang mempunyai kebutuhan serta kemampuan yang kurang lebih sama, kelompok heterogen terdiri dari siswa dengan berbagai kebutuhan dan kemampuan berbeda.

2. Tentukan harapan-harapan anda. Terutama mengenai apa yang anda ingin lakukan oleh kelompok itu, dimana, dan kapan? Pahami pila tujuannya.

3. Rencanakan wilayah kerja serta bahan-bahan yang diperlukan sebelum siswa dikelompokkan.

4. Sebelum kelompok dibentuk, berilah pengarahan yang sejelas-jelasnya, baik secara lisan maupun tertulis, aturlah waktu untuk memilih peran kelompok dan bertukar pikiran, dan tetapkan prosedur evaluasi, baik untuk kelompok maupun untuk masing-masing anggota kelompok.

5. Apabila siswa secara individu ingin berperan dalam kelompoknya, (misalnya menjadi ketua kelompok, pembicara, illustrator, dll) jelaskan terlebih dahulu perannya dan cara pembentukannya sebelum kelompok terbentuk.

6. Begitu kelompok mulai bekerja, hendaknya anda berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain dan berikan semangat.

7. Agar cara-cara membentuk kelompok tetap segar, cobalah mencari cara-cara yang inovatif lainnya.

8. Tambahkan unsur-unsur kompetitf dalam pembentukan kelompok.


Sumber : http://foryourpsycho.blogspot.com/2010/10/teori-produktivitas-kelompok-dalam.html

Jenis - Jenis Organisasi

Organisasi → sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dan
struktur yang sangat jelas
Organisasi Sosial
a.Organisasi Normatif
Adalah pihak elit menjalankan organisasi/ mengawasi anggota lebih dominan menggunakan kekuasaan normatif (persuasif). Bentuk partisipasi anggota adalah dengan komitmen moral.
b. Organisasi Utilitarian
Adalah pihak elit mengawasi anggota dominan menggunakan kekuasaan utilitarian. Partisipasi anggota berdasarkan komitmen perhitungan yaitu pemikiran hubungan bisnis, sangat perhitungkan untung rugi.
c. Organisasi Koersi
Adalah pihak elit menggunakan kekuasaan koersi dalam mengawasi anggotanya. Koersi adalah segala jenis paksaan, ancaman, dan intimidasi yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku orang lain.

Pengertian Kelompok Kecil

Sifat komunikasi kelompok kecil terjadi ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya dibawah pengarahan seorang pemimipin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. inti dari definisi adalah bahwa masyarakat berinteraksi, mereka saling bergantung, dan saling mempengaruhi.
Komunikasi kelompok kecil yang efektif menghendaki Anda untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui tatap muka. interaksi yang berarti dapat berlangsung jika komunikasi melibatkan hal berbicara dan mendengar dalam lingkungan yang umum. melalui pengenalan teknologi baru-komputer, mesin fax, telekonferensi, dan bentuk komunikasi cepat lainnya-masyarakat semakin terbiasa berkomunikasi dan menyokong hubungan tanpa kondisi fisik orang lain. bagaimanapun, kelompok yang terbaik terjadi bila orang-orang dapat segera menanggapi komunikasi verbal maupun nonverbal orang lain secara pribadi.

Menurut beberapa tokoh, sebab individu masuk ke dalam suatu kelompok

Menurut Shaw:
1.Ketertarikan interpersonal
Dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk mengevaluasi individu lain dengan penilaian positif secara konsisten.Ada beberapa faktor yang dapaat menyebabkan terjadinya ketertarikan ini,diantaranya;
a.Daya tarik fisik.
b.Kedekatan.
c.Merasa dekat/familiar.
d.Kemiripan.
e.Social reward.

2.Aktivitas kelompok
3.Tujuan kelompok
4.Keanggotaan kelompok
5.Efek instrumental dari keanggotaan kelompok

Menurut Forsyth:
1.Pemuasan kebutuhan kebutuhan psikologis.
2.Meningkatkan ketahanan yang adaptif
3.Kebutuhan akan informasi

Menurut Robbins:
1. Keamanan
2. Status
3. Penghargaan diri
4. Pertalian
5. Kekuasaan
6. Pencapaian tujuan

Manfaat seseorang masuk ke dalam suatu kelompok

Mengutip tulisan dari Handout Psikologi Kelompok tulisan Ibu Klara Innata, Spsi. Terdapat beberapa keuntungan masuk kelompok yaitu ;
1. Social Interaction
Adanya hubungan interaksi sosial yang terjadi didalam suatu kelompok.
2. Social Support
• Social Approval
• Belief Confirmation
Persetujuan dari lingkungan apa yang dilakukan seorang individu mendapat persetujuan dari kelompoknya.
3. Group Member Characteristic
• Competence
• Physical Attractiveness
REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok

Kelompok sosial dan klasifikasinya

Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial serta ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.

Terdapat 4 Jenis Kelompok Sosial antara lain :
Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi hubungan interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan. Sedangkan menurut Goerge Homans kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.

Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati Misalnya: kelompok arisan

REFERENSI : Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok

Karakteristik kelompok menurut Sorsyth,1979

Karakteristik kelompok (Sorsyth,1979),yaitu:
1.Interaksi → fisik,verbal,non verbal, emosional
2.Struktur → pola hubungan yang stabil diantara anggota

*
role yang telah diharapkan dan seseorang yang telah menduduki
*
norma : aturan yang mengidentifikasi atau mengdeskripsikan perilaku yang tepat
*
relasi antar anggota

3.Tujuan

* intrinsik
*
ekstrinsik (tujuan bersama)

4.Groupness entitavity (kesatuan): tingkat dimana kesatuan kekuatan tunggal menyatu
5.Ketergantungan dinamis

2.Kelompok efektif dan tidak efektif

Teori Fiedler.
Model atau teori kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin.

Steven Covey (1997) menemukan 7 kebiasaan atau habits yang perlu dimiliki oleh individu/kelompok yang ingin memiliki keefektifan yang tinggi : 1). Pro aktif, 2). Mendahulukan yang utama, 3) selalu memulai dengan tujuan akhir, 4). Pendekatan menang-menang, 5) berusaha mengerti orang lain, 6) selalu menciptakan sinergi, keterpaduan dan kebersamaan serta 7). Selalu mengasah dan mengembangkan diri baik fisik , sosial maupun nilai-nilai. Dari ketujuh habit tersebut yang menonjol adanya tim adalah pendekatan menang-menang, mengerti orang lain dan selalu bersinergi.

ciri-ciri kelompok yang tidak efektif :
1). Komposisi susunan kelompok yang tidak efektif
2). Ketidak jelasan peran kelompok dan anggota-anggotannya
3). Kemampuan mental dan (intelegensia,kreativitas) yang rendah
4). Konflik of interest pribadi merebak
5). Moral atau semangat kelompok yang rendah

PENDEKATAN EMPIRIS

a.Field Study

Sebuah studi lapangan adalah istilah yang digunakan oleh naturalis untuk studi ilmiah binatang liar hidup bebas di mana subjek yang diamati dalam habitat alami mereka,tanpa mengubah,merusak,atau material mengubah pengaturan atau perilaku dari hewan yang diteliti.

Studi lapangan merupakan bagian tak terpisahkan dari ilmu biologi.Ini membantu untuk mengungkapkan kebiasaan dan habitat berbagai organisme hadir dalam lingkungan alam mereka.

b.Eksperimen Lab

Merupakan eksperimen yang dilakukan dengan dengan mengontrol dan memanipulasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab dan akibat didalam setingan pura-pura seperti di laboratorium.

Perbandingan Teori-Teori

Asumsi dasar dari teori ini adalah proses terjadinya dalam kelompok dimana dimuiai dari masukan ke keluaran melalui variabel-variabel media. Dalam teori ini akan terdapat umpan balik (feed-back).
Berikut ini adalah penjabaran teori prestasi yang terbagi atas beberapa faktor yang mempengaruhi suatu kelompok, yaitu :

a.masukan dari anggota
si yang terbuka. Struktur dan kelangsungan sistem sangat bergantung pada tindakan-tindakan anggota da

Masukan dari anggota merupakan sumber input. Menurut Stogdill, kelompok adalah suatu sistem interakn hubungan antara anggota. Ada tiga elemen penting yang termasuk dalam masukan anggota, yaitu : interaksi sosial (menyatakan suatu hubungan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, interaksi ini terdiri atas aksi dan reaksi antara anggota-anggota kelompok yang berinteraksi); hasil perbuatan (bagian dari suatu interaksi yang dapat diaplikasikan dalam bentuk kerja sama, berencana, menilai, berkomunikasi, membuat kepetusan); dan harapan (kesediaan untuk mendapatkan suatu penguat, fungsi dari harapan ini adalah sebagai dorongan (drive), perkiraan tentang menyenangkan atau tidaknya dasil, dan perkiraan tentang kemungkinan hasil itu akan benar-benar terjadi).

b.variabel media

Variabel media menjelaskan mengenai beroperasi dan berfungsinya suatu kelompok. Elemen-elemen yang ada di dalamnya, yaitu : struktur formal (struktur formal mencakup fungsi dan status dimana kelompok terdiri atas individu-individu yang masing-masingmembawa harapan dan perbuatannya sendiri) dan struktur peran (struktur peran mencakup tanggung jawab dan otoritas dimana individu yang menduduki posisi tertentu hampir tidak berpengaruh pada status dan fungsi posisi tersebut).

c.prestasi kelompok

Prestasi kelompok merupakan output atau tujuan dari kelompok. Ada tiga unsur yang mjenentukkan prestasi kelompok, yaitu : produktivitas (derajat perubahan harapan tentang nilai-nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok), moral (derajat kebebasan dari hambatan-hambatan dalam kerja kelompok menuju tujuannya), dan kesatuan (tingkat kemampuan kelompok untuk mempertahankan struktur dan mekanisme operasinya dalam kondisi yang penuh tekanan (stress).

c.Perbandingan teori teori

Sintalitas adalah kepribadian yang khusus digunakan untuk mempelajari cara menguraikan dan mengukur sifat sifat dan perilaku kelompok.Menurut Cattell eksistensi suatu kelompok dapat memenuhi kebutuhan individu jika sebuah kelompok tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan anggota anggotanya.Sedangkan teori produktif kelompok lebih menekankan kepada proses terjadinya dalam kelompok itu sendiri.

Teori Produktif Kelompok (Stogdill 1956)

Teori Prestasi kelompok dikemukakan oleh Stogdill pada tahun 1959. Stogdill menganggap bahwa teori-teori tentang kelompok pada umumnya didasarkan pada konsep tentang interaksi yang memiliki kelemahan teoritis tertentu. Maka dari itu, Stogdill mengajukan teori prestasi kelompok.

Teori yang dikemukakan oleh Stogdill ini, menyertakan masukan (input), variabel media, dan prestasi (output) dari suatu kelompok.

Teori ini merupakan hasil pengembangan dari teori-teori sebelumnya yang tergolong dalam tiga orientasi yang berbeda, seperti : orientasi penguat (teori-teori belajar), orientasi lapangan (teori-teori tentang interaksi), dan orientasi kognitif (teori-teori tentang harapan).

Teori Sintalitas Kelompok

Teori Sintalitas Kelompok merupakan perwujudan dari proses komunikasi dari suatu kelompok. Teori ini dikembangkan oleh Cattell pada tahun 1948. Cattell berpendapat bahwa untuk dapat membuat perkiraan-perkiraan ilmiah yang tepat, segala sesuatu harus dapat diuraikan, diukur, dan diklasifikasikan dengan tepat dan cermat. Dalam teori sintalitas ini, Cattell menjelaskan bahwa dalam suatu kelompok haruslah memiliki kepribadian yang dapat dipelajari. Dengan alasan ini, Cattell dengan teorinya dikatakan sebagai pengembang Psikologi yang dinamakan Psikologi Kepribadian Kelompok.

Dimensi Kelompok

a.sifat sifat sintalitas : pengaruh adanya kelompok sebagai keseluruhan terhadap kelompok lain dan lingkungannya
b.sifat sifat struktur kelompok : hubungan antara anggota kelompok,perilaku kelompok,pola organisasi kelompok
c.sifat sifat populasi : sifat rata rata anggota kelompok
Dinamika Sintalitas

-eksistensi kelompok tergantung pada kebutuhan individu anggotanya
-kelompok kelompok biasanya saling overlapping

Asumsi Dasar dan Uraian Teori

Asumsi dasar dari teori ini merupakan asal kata dari sintalitas (syntality) yang digunakan oleh Cattell untuk menunjukkan “kepribadian kelompok” yang mencankup kebersamaan, dinamika, temperamen, dan kemampuan kelompok. Dasar-dasar pendapat yang dikemukakan oleh Cattell dipengaruhi oleh pandangan McDougall (1920) tentang kelompok yaitu:

- Perilaku dan struktur yang khas dari suatu kelompok akan tetap ada walaupun anggota-anggotanya berganti. - Pengalaman-pengalaman kelompok direkam dalam ingatan.
- Kelompok menunjukkan adanya dorongan-dorongan.
- Kelompok mampu berespons secara keseluruhan terhadap suatu rangsang yang tertuju pada salah satu bagiannya.
- Kelompok menunjukkan emosi yang bervariasi.
- Kelompok menunjukkan adanya pertimbangan-pertimbangan kolektif (bersama).

Cattell mengemukakan setidaknya membutuhkan tiga panel dalam suatu kelompok, yang terdiri atas : sifat-sifat sintalitas yaitu pengaruh dari adanya kelompok sebagai keseluruhan, baik terhadap kelompok lain maupun terhadap lingkungan; sifat-sifat struktur kelompok yaitu hubungan yang tercipta antara anggota kelompok, perilaku-perilaku di dalam kelompok, dan pola organisasi kelompok; dan sifat-sifat populasi yaitu sifat rata-rata dari anggota-anggota kelompok. Hubungan dari ketiga panel ini adalah saling ketergantungan. Selain dari tiga panel yang telah diuraikan tersebut,Cattell juga menyatakan adanya dua aspek penting pada kelompok, yaitu : eksistensi kelompok tergantung pada kebutuhan individu anggotanya dan kelompok-kelompok biasanya saling tumpang tindih.

Senin, 18 Oktober 2010

Hubungan Interpersonal

Menurut William C. Schultz ada tiga dimensi hubungan interpersonal, yaitu:



1. Need of inclusion (perasaan sebagai anggota dari suatu kelompok), keinginan untuk menumbuhkan rasa memiliki.
* Undersocial: misalnya, minder, menarik diri, tertutup.
* Social : misalnya, tahu situasi dan kondisi.
* Oversocial : misalnya, over akting.



2. Need of control (kebutuhan untuk mendominasi dan dominasi)
* Abdicrat : cirri-cirinya penurut.
* Democrat : cirri-cirinya memiliki kemampuan yang kuat.
* Autocrat : cirri-cirinya mendominasi suatu kelompok.



3. Need of affection (kasih sayang), kebutuhan untuk menyukai dan disukai.
* Underpersonal : membuat jarak dengan orang lain, menolak bantuan orang lain.
* Personal : independent, tidak bergantung pada orang lain.
* Overpersonal : kerjasama individu yang kuat dengan orang lain.

Sebab-Sebab Sseorang Masuk Ke Dalam Kelompok

Alasan-Alasan Mengapa Individu Masuk Ke Dalam Kelompok


Dari beberapa alasan mengapa seseorang masuk ke dalam kelompok, berikut sedikit penjelasan mengenai pembahasan materi kali ini. Ada beberapa pendapat mengenai materi kali ini yaitu,

Menurut Forsyth: Individu memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis misalnya rasa aman dan cinta. Serta meningkatkan ketahanan yang adaptif dan kebutuhan informasi akan berita-berita.

Menurut Shaw: Faktor ketertarikan interpersonal, aktivitas kelompok, tujuan kelompok, keanggotaan kelompok, dan efek instrumental dari keanggotaan kelompok (kemudahan yang didapat dari suatu kelompok).

Menurut Robbins (1998) : Keamanan, status, penghargaan diri, pertalian (aplikasi dari hubungan satu sama lain), kekuasaan.

Ada beberapa kerugian kelompok yaitu, Primary tension : ketegangan primer terjadi saat individu baru bergabung ke dalam anggota kelompok; Personal investments:individu berinvestasi dengan memberikan sebagian uang yang telah ditentukan seperti uang pendaftaran, selain uang juga ada waktu, tenaga, barang, iuran bulanan; Social rejection : penolakan sosial miasalnya, masuk geng motor; Interference: ada campur tangan orang lain; Reactance : reaksi individu terhadap kelompoknya. Keuntungan kelompok dibagi dua ada social support dan group member characteristic. Social support ada social approval: persetujuan dari lingkungan, apa yang dilakukan mendapat persetujuan dari kelompok; social belief confirmation: ada kepercayaan di dalam diri anggota kelompok. Group member characteristic ada competence: individu reaktif; physical attractiveness : ketertarikan fisik.

Sumber : Klara Innata Arishanti, 2005

Klarifikasi Jenis Kelompok

Ada beberapa klarifikasi jenis kelompok salah satunya yaitu :

1. Dyad : kelompok terdiri dari dua orang, disini interaksi dan hubungan satu sama lain lebih intens, misalnya:kerja kelompok
2. Kelompok kecil : kelompok primer dimana terjadinya face to face dan ada identitas kelompok yang sangat kuat, misalnya ekskul di sekolah
3. Organisasi : sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dan terstruktur dengan jelas, misalnya OSIS
4. Masaa : bersifat temporer, mempunyai tujuan yang sama, tidak terstruktur, misalnya anggota kelompok tawuran.

Menurut Robbins, jenis kelompok terdiri dari :

1. Kelompok formal : ada keputusan managerial guna mencapai tujuan organisasi, bersifat resmi. Ditandai dengan adanya organisasi status, misalnya : OSIS
2. Kelompok informal : muncul dari upaya individu (tumbuh atas dasar keputusan bersama dan persahabatan). Ada faktor kebutuhan sosial, misalnya: usaha menjahit baju lalu bagi hasil.
3. Kelompok komando : ada manajer dan bawahan, misalnya : usaha restoran yang sudah besar dan punya cabang dimana-dimana.
4. Kelompok tugas : bekerjasama menyelesaikan tugas atau pekerjaan, misalnya : kelompok belajar.
5. Kelompok kepentingan : ada tujuan khusus dalam kelompok tersebut dan semua anggota terlibat di dalamnya, misalnya : partai
6. Kelompok persahabatan : karakteristik anggota sama, misalnya : geng sekolah.

Bedanya masaa dan agrerat adalah.. Masaa itu sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum terikat satu kesatuan, norma, motif dan tujuan sedangkan agrerat adalah kumpulan individu yang tidak berinteraksi satu sama lain, agrerat dapat berubah menjadi sebuah kelompok.

Sumber : Klara Innata Arishanti, 2005

Pengertian Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya.

Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:

* Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuahkecamatan.

* Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.

* Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.

* Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.

Faktor pembentuk

Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
Kedekatan

Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.
Kesamaan

Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang leih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.
Pembentukan norma kelompok

Perilaku kelompok, sebagaimana semua perilaku sosial, sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Sebagaimana dalam dunia sosial pada umumnya, kegiatan dalam kelompok tidak muncul secara acak. Setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku mana yang dianggap pantas untuk dijalankan para anggotanya, dan norma-norma ini mengarahkan interaksi kelompok.

Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada saat seseorang berprilaku tertentu pihak lain menilai kepantasasn atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau menyarankan perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung). Norma terbetnuk dari proses akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang masuk ke dalam sebuah kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma, yaitu norma kelompok.

Sejarah Dinamika Kelompok

Sejarah, Pengertian, Unsur-unsur, dan Pendekatan Dinamika Kelompok

Sejarah dinamika kelompok sebagai cabang ilmu terbagi menjadi 6 (enam) zaman, yaitu:

1. Zaman Yunani.

2. Zaman Liberalis.

3. Zaman Ilmu Jiwa Bangsa-bangsa.

4. Zaman Gerakan Massa.

5. Zaman Psikologi Sosial.

6. Zaman Dinamika Kelompok.

Pengertian dinamika kelompok secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu dinamika kelompok sebagai cabang suatu ilmu dan dinamika kelompok dalam pengertian umum. Kurt Lewin sebagai perintis Ilmu Dinamika Kelompok menyatakan bahwa Ilmu Dinamika Kelompok mempelajari: (1) tenaga yang bekerja dalam kelompok, (2) penyebab adanya tenaga tersebut, (3) kondisi bagaimana yang dapat mengubah tenaga-tenaga tersebut, (4) apa akibatnya terhadap individu maupun kelompok.

Dari uraian pengertian dinamika kelompok maka dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok adalah:

1. merupakan bagian dari ilmu Psikologi Sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam kelompok kecil;

2. suatu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang tenaga-tenaga yang bekerja dalam kelompok, penyebab adanya tenaga tersebut dan akibatnya terhadap individu maupun kelompok;

3. suatu hubungan psikologis yang berlangsung secara bersama anggota kelompok.

Menurut Margono Slamet, ada 8 (delapan) unsur-unsur dinamika kelompok, yaitu: (1) tujuan kelompok, (2) struktur kelompok, (3) fungsi tugas, (4) mengembangkan dan membina kelompok, (5) kekompakan kelompok, (6) suasana kelompok, (7) tekanan pada kelompok, dan (8) efektivitas kelompok. Sedangkan menurut Cartwright dan Zander, unsur-unsur dinamika kelompok adalah: (1) group goals, (2) group unity, (3) group structure, (4) task function of group, (5) group building and maintenance, (6) group atmosphere, (7) group pressure, dan (8) group effectiveness.

Dalam mempelajari dinamika kelompok terdapat beberapa pendekatan, yaitu:

1. pendekatan Bales dan Hormans;

2. pendekatan Stogdill;

3. pendekatan ahli psiko analisis oleh Sigmund Freud dan Scheidlinger;

4. pendekatan Yennings dan Moreno.

sumber:

- http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=487

Jumat, 08 Oktober 2010

Orientasi Teoritis dalam Dinamika Kelompok

Orientasi Teoritis Dalam Dinamika Kelompok

Efektivitas kelompok dipengaruhi:
1. Tujuan → mudah dimengerti oleh anggota kelompok, relevan dengan
kebutuhan anggota, mengisyaratkan saling ketergantungan dan
membangkitkan komitmen tingkat tinggi dari anggota untuk mencapainya.
2. Anggota harus mengkomunikasikan ide-ide dan perasaan
3. Partisipasi dan kepemimpinan harus terdistribusikan antar anggota
Tanggung jawab
Semua orang terlibat dalam pekerjaan kelompok, setia terhadap

kebutuhan kelompok dan puas terhadap keanggotaannya
Sumber daya (potensi anggota dimanfaatkan)
Meningkatkan kohesivitas kelompok
4. Prosedur pengambilan keputusan → tepat dan fleksibel
5. Kekuasaan dan pengaruh → keahlian kemampuan
6. Konflik → kontroversi ide / opini
Pemicu : – kebutuhan
- kelangkaan sumber daya (uang, power)
- persaingan
Cara mengatasinya:
Harus bernegosiasi → sama-sama puas dan tidak memperlemah
Kerjasama
Saling ketergantungan
7. Kohesivitas meningkat
Saling menyukai
Ingin terus menjadi bagian kelompok
Puas terhadap keanggotaan
Tingkat penerimaan, dukungannya dan kepercayaan meningkat
8. Kemampuan memecahkan masalah
Merasakan adanya masalah
Mencari dan menetapkan solusi
Mengevaluasi efektivitas solusi

Sumber : http://psikologikelompokrahmawati.wordpress.com/2010/10/03/orientasi-teoritis-dalam-dinamika-kelompok/

Pengertian Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama.

Fungsi
Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain :
1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
2. Memudahkan pekerjaan.
3. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efisien. Salah satunya dengan membagi pekerjaan besar sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian.
4. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan setiap individu memberikan masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.


Jenis kelompok sosial

Kelompok Primer
Kelompok Sekunder
Kelompok Formal
Kelompok Informal

Ciri Kelompok Sosial
1. Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain
3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Pembentukan Kelompok
Persepsi
Motivasi
Tujuan
Organisasi
Independensi
Interaksi

Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok
1. Kelebihan Kelompok

* Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi & pendapat anggota yang lain.
* Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi
* Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan telah disepakati kelompok.

2. Kekurangan Kelompok Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.


Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_kelompok

Pengertian dari Kelompok

Individu-individu yang menempati suatu wilayah tertentu merupakan suatu perkumpulan atau disebut dengan kelompok. Dengan demikian bahwa kehidupan individu itu tidak terlepas dari kelompok, baik dalam kehidupan kelompok yang kecil seperti ; keluarga, kelompok kerja, maupun kehidupan kelompok yang besar seperti ; Masyarakat, bangsa dan sebagainya.

Berbagai penekanan terhadap pengertian kelompok, antara lain :
1. Interaksi Interpersonal
a) Homans (1950) : Kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.
b) Bonner (1959) : Kelompok adalah sejumlah individu yang berinteraksi dengan individu yang lain.
c) Stogdill (1959) : Satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.

2. Persepsi Keanggotaan
a) Smith (1945) : Kelompok sosial adalah satu unit yang terdiri dari sejumlah organisme yang mempunyai persepsi kolektif tentang kesatuan mereka dan mempunyai kemampuan untuk berbuat dan bertingkah laku dengan cara yang sama terhadap lingkungan
b) Bales (1950) : Kelompok kecil adalah sejumlah orang yang berinteraksi secara langsung dimana masing-masing anggota menerima persepsi dan impresi pertama dengan yang lain dan memberi reaksi satu dengan yang lain.

3. Kesaling tergantungan
a) Lewin (1951) : Konsep tentang kelompok sebagai satu dinamika haruslah memasuki definisi tentang kesaling tergantungan anggota.
b) Friedler (1967) : Kelompok itu adalah individu yang mempunyai takdir bersama dimana jika satu kejadian mempengaruhi seseorang
dalam kelompok maka anggota lain akan terpengaruh.
c) Cartwright dan Zender (1968) : Kelompok itu sekumpulan individu yang mempunyai hubungan antar anggota yang satu dengan yang lain yang membuat mereka saling tergantung dalam tingkatan
tertentu.

4. Tujuan
a) Mills (1967) : Kelompok adalah satu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untuk mencapai satu tujuan dan yang mempertimbangkan kerjasama diantara kelompok sebagai satu yang berarti.
b) Freedman (1936) : Orang masuk dalam kelompok antara lain dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.

5. Motivasi
a) Catell (1951) : Kelompok adalah sekumpulan organisme yang saling berhubungan satu dengan lain untuk memenuhi kebutuhan tiap anggota.
b) Bass (1960) : Kelompok adalah sekumpulan individu dimana keberadaannya sebagai kelompok menjadi reward.

6. Organisasi Terstruktur
a) Mc David dan Harari : Organisasi sebagai kelompok adalah sistem terorganisasi dimana ada dua orang atau lebih individu yang berhubungan dalam fungsi yang sama, mempunyai seperangkat standar tentang hubungan peran anggota dan mempunyai morma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok.
b) Sherif dan Sherif (1959) : Kelompok adalah unit sosial yang ditandai sejumlah individu yang mempunyai status, hubungan peran, norma tertentu yang semuanya itu mengatur tingkah laku anggota kelompok.
c) Stogdill (1959) : Satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.

7. Mutual Influence
a) Shaw (1979) : Dua atau lebih individu yang berinteraksi satu dengan yang lain dimana masing-masing anggota mempengaruhi satu dengan yang lain.

Psikologi Kelompok

Psikologi Kelompok

1. Psikologi kelompok dari segi persepsi berdasarkan asumsi bahwa anggota kelompok sadar dan mempunyai persepsi bersama akan hubungan mereka dengan anggota lain.
Misalnya adalah definisi yang dikemukakan oleh Smith, 1945 (dalam Shaw,1979:4):
We may define a social group as a init consisting of a plural number of separate organisms (agents)who have a collective perception of their unity and who have the ability to act or are acting in a unitary manner loward their environment.
Dalam hal ini, Smith menggunakan istilah social group sebagai suatu unit yang terdiri atas beberapa anggota yang mempunyai persepsi bersama tentang kesatuan mereka.


2. Pengertian yang didasarkan pada motivasi misalnya dikemukakan oleh Bass (dalam Shaw,1979:7), “We define group as a collection of individual whose existence as a collection is rewarding to the individuals.” Titik berat pengertian lebih pada adanya rewarding dari kelompok terhadap individu-individu yang ada dalam kelompok. Bass menggunakan istilh group bukan social group.

3. Pengertian kelompok atas dasar tujuan adalah dekat dengan definisi atas dasar motivasi. Misalnya, pengertian kelompok yang dikemukakan oleh Mills (dalam Shaw,1979:8) menyatakan, “Just what are these small groups we are referring to? To put it simply, they are units composed of two or more personts who come into contact for purpose and who consider the contact meaningful.” Dari apa yang disimpulkan oleh Mills, kesimpulannya adalah titik berat dalam pengertian psikologi kelompok dilihat dari adanya purpose atau tujuan dan memandang kontak dalam kelompok adalah meaningful.
Oleh karena itu, seperti telah dipaparkan sebelumnya tinjauan atas dasar tujuan tidak jauh berbeda dengan tinjauan atas dasar motivasi. Dalam hal ini, Mills menggunakan istilah the small group, bukan social group atau hanya group.

4. Pengertian kelompok yang dilihat dari segi interdependensi, yaitu saling bergantung satu dengan yang lain. Misalnya adalah definisi yang dikemukakan oleh Fiedler (dalam Shaw, 1979:9), yaitu: By this terms (group) we generally mean a set of individuals who share a common fate, that is who are interdependent in the sense that an event which affects one member is likely to affect all. Apabila kita analisis pandangan atas dasar interdependensi tidaklah jauh berbeda dengan pandangan atas dasar ineraksi.

5. Contoh pandangan atas dasar interaksi dapat dikemukakan sebagai berikut: A group is a number of people in interaction with one another, and it is this interaction processthat distinguishes group from an aggregate (Bonner dalam Shaw, 1979:10).

6. Pengertian kelompok atas dasar struktur dapat mengambil contoh pendapat dari Sherif dan Sherif sebagai berikut: A group is a social unit which consist a number of individuala who stand in (more or less) definite status and roles relationships to one another and which possesses a set of values or norms of its own regulating the behavior of individual members, at last in matter of consequence to group (Sherif dan Sherif, 1956 dalam Johnson dan Johnson, 2000).

Sumber: Walgito,Bimo.2007.Psikologi Kelompok.Yogyakarta:ANDI.

Psikologi Kelompok Psikologi Sosial

Kedudukan Psikologi Kelompok terhadap Psikologi Sosial

Beberapa ahli psikologi sosial pernah menyatakan bahwa kelompok bukanlah sesuatu yang riil. Floyd Allport sering mengatakan “ Anda tidak dapat tersandung melewati sebuah kelompok”, yang artinya bahwa keberadaan kelompok hanyalah di dalam benak manusia. Dalam pandangan Allport, kelompok hanyalah berbagi serangkaian nilai-nilai, gagasan-gagasan, pikiran-pikiran dan kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara bersamaan dalam benak beberapa orang.

Beberapa ahli lain berpandangan bahwa kelompok merupakan sesuatu yang riil yang dapat diperlakukan sebagai objek di dalam lingkungan kita (Durkheim, 1898; Warriner, 1956). Sejalan dengan pandangan ini adalah pandangan yang mendukung bahwa perilaku sosial dapat dijelaskan dengan menekankan keunikan proses-proses kelompok daripada dijelaskan dalam tingkat individu. Dengan demikian, sebuah kelompok itu lebih dari sekedar kedatangan secara kebetulan orang-orang yang bersama-sama berbagi ide. Sebagai contoh, sebuah kerusuhan yang muncul setelah selesainya suatu pertandingan olah raga. Interaksi sosial semacam ini hanya dapat dipahami dengan menganalisa perilaku dalam tingkat kelompok, sebagai kebalikan dari tingkat individual. Tajfel (1982) mendukung analisa perilaku kelompok dan berpandangan bahwa untuk memahami perilaku sosial perlu mempertimbangkan kelompok sebagai entitas sederhana yang nyata, karena keanggotaan dalam kelompok merupakan bagian integral dari konsep diri (self-concept).

Sumber: Klara Innata Arishanti, 2006

I. Psikologi Kelompok
a. Agregat : Karakteristik tertentu, tidak saling mengenal atau pun berinteraksi.
b. Audiens : Melakukan hal yang sama disatu waktu, tidak saling mengenal dan kuran
berinteraksi.
c. Crowd : Kedekatan secara fisik, berinteraksi terhadap suatu stimulus atau
situasi umum.
d. Tim : Berinteraksi secara teratur, aktivitas atau tujuan tertentu.
e. Keluarga: Diikat oleh hubungan kelahiran atau ikatan hukum, biasanya tinggal
dalam suatu tempat.
f. Organisasi Formal: Saling bekerja sama, berstruktur jelas, adanya tujuan bersama.


II. Psikologi Sosial
a. Individu
b. Kelompok
c. Interelationship : 1. diantara individu,
2. diantara kelompok

Selasa, 18 Mei 2010

kebutuhan belajar siswa berbakat

Merujuk kepada konsep keberbakatan yang menggunakan perspektif yang lebih inklusif dan bersifat majemuk serta karakteritik umum yang dapat diidentifikasi maka kebutuhan belajar siswa berbakat secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu:

1) kebutuhan dalam mengembangankan kemampuan intelektual dan kreatifitas,
2) kebutuhan dalam mengembangkan aspek sosial-emosional dan motivasi.

Oleh karena itu pembelajaran bagi siswa berbakat seharusnya diarahkan untuk mengembangkan kedua hal tersebuat. Hal yang sering terabaikan dalam pembelajaran termasuk pembelajar siswa berbakat dalam hal pengembangan kreativitas dan sosial-emosional. Pembelajaran biasanya lebih banyak mengembangkan aspek intelektual. Hal ini dapat dimaklumi karena guru dalam melakukan pembelajaran sering terburu-buru dan kehabisan waktu untuk mengerjar terget kurikulum. Aspek kreativitas anak jarang tersentuh. Maka menjadi tidak mengherankan, jika pendidikan kita hanya menghasilkan siswa yang siap untuk ujian bukan siswa kreatif yang siap mengahadapi tantangan hidup.

Strategi Pembelajaran yang Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif

Dunia membutuhkan ilmuwan kreatif yang dapat menghasilkan solusi inovatif dalam memecahkan masalah. Disadari bahwa tidak semua siswa berbakat akan menjadi ilmuwan, tetapi mungkin akan menjadi pengusaha, pemimpin organisasi, pemimpin perusahaan dsb. Meskipun demikian berpikir kreatif itu sangat penting untuk semua bidang pekerjaan. Oleh karena itu sangat penting untuk menginisiasi keterampilan berpikir kreatif ke dalam pembelajaran.

Sehubungan dengan itu proses belajar bersifat aktif dalam menciptakan dan mencipta kembali pengetahuan melalui tindakan dalam lingkungan, sehingga pengetahuan menjadi milik orang yang belajar. Belajar bukan menerima pengetahuan dari guru melainkan mengkonstruksi sendiri pengetahuan oleh yang belajar.
Siswa berbakat sering merasa bosan dalam mengerjakan tugas-tugas karena mereka menganggap tidak relevan dan tidak ada sesuatu yang baru yang dapat dipelajari. Oleh karena itu tugas-tugas untuk siswa yang mempunyai kemampuan tinggi diberikan dalam bentuk project work, baik individual project work maupun group project work, yang berhubgungan dengan pelajaran tertentu atau tugas yang berdiri sendiri. Tugas-tugas dalam bentuk projek work bersifat pemecahan masalah yang menantang. Tugas tidak diberikan dalam bentuk penyelesaian soal-soal yang bersifat tradisional

Bakat dan Kepandaian special needs

1.Kinetik Fisik (Bodily Kinesthic)
Bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan mengekspresikan ide serta perasaan. Ciri-cirinya: Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain? Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis, bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya?

2.Bahasa (Linguistic)
Bakat untuk menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara efektif. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu menetukan apakah anak berbakat di bidang ini atau tidak. Apakah ia bisa menulis lebih baik dari anak seusianya? Sukakah ia bercerita atau membuat lelucon? Sukakah ia membaca buku? Apakah ia bisa mengeja lebih baik dari anak seusianya? Apakah ia dapat mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan idenya secara baik?

3.Logika dan Matematis (Logical-Mathematical)
Bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika. Ciri-cirinya: Apakah ia tak hentinya ingin tahu bagaimana alam dan benda-benda bekerja? Apakah ia suka bermain dengan angka? Sukakah ia akan pelajaran matematika di sekolah? Sukakah ia bermain dengan permainan asah otak seperti catur? Sukakah ia mengelompokkan benda-benda?

4.Musikalitas (Musical)
Bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara. Dibawah ini adalah beberapa pertanyaan yang membantu untuk menentukan apakah anak menunjukkan bakat musik yang menonjol: Pandaikah ia dalam menghafal lagu dan menyanyikannya? Dapatkah ia bermain alat musik? Sensitifkah ia terhadap suara-suara di sekitarnya? Apakah ia suka bersiul atau menggumam lagu?

5.Pemahaman Alam (Naturalist Intelligence)
Mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang, termasuk dalam memahami fenomena alam. Ciri-cirinya: Sukakah ia berceloteh mengenai binatang kesayangannya atau tempat-tempat yang disukainya? Sukakah ia bermain di air? Apakah ia suka ke kebun binatang, taman safari atau kebun raya? Apakah ia bermain dengan binatang peliharaannya? Apakah ia suka mengoleksi kumbang, bunga, daun atau benda-benda alam lainnya?

Bakat dan Kepandaian special needs

1.Kinetik Fisik (Bodily Kinesthic)
Bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan mengekspresikan ide serta perasaan. Ciri-cirinya: Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain? Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis, bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya?

2.Bahasa (Linguistic)
Bakat untuk menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara efektif. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu menetukan apakah anak berbakat di bidang ini atau tidak. Apakah ia bisa menulis lebih baik dari anak seusianya? Sukakah ia bercerita atau membuat lelucon? Sukakah ia membaca buku? Apakah ia bisa mengeja lebih baik dari anak seusianya? Apakah ia dapat mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan idenya secara baik?

3.Logika dan Matematis (Logical-Mathematical)
Bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika. Ciri-cirinya: Apakah ia tak hentinya ingin tahu bagaimana alam dan benda-benda bekerja? Apakah ia suka bermain dengan angka? Sukakah ia akan pelajaran matematika di sekolah? Sukakah ia bermain dengan permainan asah otak seperti catur? Sukakah ia mengelompokkan benda-benda?

4.Musikalitas (Musical)
Bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara. Dibawah ini adalah beberapa pertanyaan yang membantu untuk menentukan apakah anak menunjukkan bakat musik yang menonjol: Pandaikah ia dalam menghafal lagu dan menyanyikannya? Dapatkah ia bermain alat musik? Sensitifkah ia terhadap suara-suara di sekitarnya? Apakah ia suka bersiul atau menggumam lagu?

5.Pemahaman Alam (Naturalist Intelligence)
Mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang, termasuk dalam memahami fenomena alam. Ciri-cirinya: Sukakah ia berceloteh mengenai binatang kesayangannya atau tempat-tempat yang disukainya? Sukakah ia bermain di air? Apakah ia suka ke kebun binatang, taman safari atau kebun raya? Apakah ia bermain dengan binatang peliharaannya? Apakah ia suka mengoleksi kumbang, bunga, daun atau benda-benda alam lainnya?

Dampak positive anak dengan special needs terhadap orang di sekitarnya

2. Dampak Positif

Tidak selamanya anak yang lahir dengan kebutuhan khusus membawa dampak yang negatif pada saudara kandungnya. Beberapa studi menunjukkan ada dampak positif yang luas pada anak tersebut, misalnya memiliki sikap yang lebih dewasa dan tingkah laku yang lebih adaptif dengan lingkungannya (Caldwell&Guze, 1960; Cleveland&Miller, 1977; Graliker,Fishler&Koch, 1962; Grossman, 1972; Kirkman, 1984a; Llyod-Bostock, 1976; Londsdale, 1978; Schreiber&Feeley, 1965 dalam Ashman&Elkins, 1994).

Studi oleh Cleveland dan Miller (1977) menemukan bahwa seorang anak yang memiliki saudara berkebutuhan khusus menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi yang sukses pada situasi yang hampir sama tingkatannya dengan saat merawat saudara kandungnya. Mereka menyatakan mendapat manfaat dari pengalamannya tersebut dan berkembang dalam toleransi, sensitivitas,dan pemahaman akan prejudis beserta konsekuensinya.
Banyak juga anak yang menyatakan bahwa pengalaman merawat saudara berkebutuhan khusus menjadikan keluarganya lebih kohesif dan mereka bangga akan kemampuan keluarganya dalam menangani permasalahan tersebut (Grossman, 1972; Kirkman, 1984a dalam Ashman&Elkins, 1994). Selain itu, orangtua juga menyatakan bahwa anaknya yang berkebutuhan khusus menjadi dicintai dan diterima oleh saudara kandungnya dan dengan begitu masalah-masalah yang muncul dapat diatasi dengan mudah (Llyod-Bostock, 1976 dalam Ashman&Elkins, 1994). Ibu menilai hubungan anaknya dengan saudara yang berkebutuhan khusus lebih positif dibanding hubungan antar anak yang normal. Mereka juga menilai anaknya lebih suportif dan tidak lebih agresif daripada anak lain dengan saudara kandung yang tidak berkebutuhan khusus. Dalam hal ini, Labato (1990 dalam Ashman&Elkins, 1994) menyimpulkan dalam kutipannya:

Secara umum, review dari studi terkontrol mengindikasikan bahwa anak dengan kebutuhan khusus (disability or ilness) tidak membawa dampak yang negatif pada konsep diri, harga diri, kompetensi sosial, atau penyesuain tingkah laku saudara kandungnya. Secara sederhana dapat dikatakan tidak ada hubungan langsung antara kelainan yang diderita anak dengan penyesuaian saudara kandungnya (p.42)
Beberapa dampak tidak langsung juga diteliti. Studi Farber dan Strauss (1963 dalam Ashman&Elkins, 1994) mengamati pengaruh dari frekuensi interaksi anak dengan saudara kandung yang berkebutuhan khusus pada tujuan hidupnya. Anak dengan frekuensi interaksi tinggi akan menetapkan untuk berkontribusi pada masyarakat dan kegiatan kemanusiaan lainnya sebagai tujuan hidupnya. Sedangkan anak dengan frekuensi interaksi rendah lebih berorientasi untuk mendapat banyak teman, mengembangkan hubungan keluarga yang baik dalam perkawinan, dan menjadi anggota masyarakat yang direspek.

Sebagi kesimpulannya, dampak kehadiran anak dengan kebutuhan khusus pada sebuah keluarga sangat beragam, keluarga juga beragam dalam karakteristiknya, kebutuhannya dan sumber dayanya. Dukungan dan bantuan yang diberikannya pada anak tersebut juga beragam dari masing-masing keluarga.

Dampak negative anak dengan special needs terhadap orang di sekitarnya

1. Dampak Negatif

Pada beberapa penelitian telah ditemukan adanya problem emosional dan kesulitan yang dialami oleh anak yang memiliki saudara kandung berkebutuhan khusus. Salah satu dampaknya adalah pada pembentukan sense of self dari anak tersebut dan salah satu dampaknya dapat berupa pengidentifikasian secara berlebih dengan saudara kakak atau adik dengan kebutuhan khusus. Contohnya mereka akan melihat tanda-tanda disabilities pada dirinya seperti yang dialami saudara kandungya karena mereka menyadari banyaknya kesamaan-kesamaan yang mereka alami, seperti memiliki orangtua yang sama, lingkungan rumah yang sama,dll. Sebagai konsekuensinya,mereka akan berfantasi menjadi sama dengan saudara kandungnya tersebut dalam hal karakteristik disability nya (Grossman, 1972; San Martino&Newman, 1974 dalam Ashman&Elkins, 1994).

Berdasarkan informasi yang didapat dari wawancara dengan orangtua dengan anak berkebutuhan khusus (intellectual disabilities), Farber (1959 dalam Ashman&Elkins, 1994)menyimpulkan adanya pengaruh dalam hal ketergantungan yang tinggi. Kirkman (1984c dalam Ashman&Elkins, 1994) dalam penelitiannya pada adult siblings dengan menggunakan kuesioner membawa hasil bahwa banyak dari mereka yang menyatakan memiliki perasaan malu, cemas, dan ragu-ragu. Namun, hal ini tidak akan berdampak pada perkembangan konsep diri anak tersebut jika orangtua memberikan perhatian yang cukup dan tidak memberikan evaluasi yang negatif pada anak tersebut dalam hal usaha merawat kakak atau adiknya yang berkebutuhan khusus (Kirkman ,1984c dalam Ashman&Elkins, 1994).

Tanggung jawab untuk merawat saudara dengan kebutuhan khusus akan mengarah pada tekanan peran atau ‘role tension’ (Farber and Ryckman, 1965 dalam Ashman&Elkins, 1994). Peran dalam keluarga akan mengalami reorganisasi berkali-kali karena anak dengan kebutuhan khusus dalam sebuah keluarga, lepas dari usia dan status urutan kelahirannya akan selalu berperan menjadi anak yang paling kecil dan oleh karena itu, anggota keluarga yang lain harus menjalankan tanggung jawabnya. Orangtua juga memberikan tuntutan yang besar pada anak dalam hubungannya dengan tanggung jawab terhadap saudara kandungnya (dengan kebutuhan khusus) dan hal ini membawa dampak yang negatif pada anak.

(Cleveland&Miller, 1977; Farber&Ryckman, 1965; Lloyd-Bostock, 1976; Schild, 1971 dalam Ashman&Elkins, 1994). Peningkatan tanggung jawab yang diterima oleh saudara kandung tersebut juga mencakup penyediaan perawatan fisik dan tugas-tugas tambahan lainnya seperti pekerjaan rumah. Anak yang memiliki kakak atau adik dengan kebutuhan khusus harus menyediakan waktu dan tenaga yang berlebih untuk memperhatikan saudaranya tersebut dan anak tersebut mungkin akan mengekspresikan perasaan malu, menarik diri, cemas, dan mengalami kesulitan untuk belajar dengan baik di sekolah (Llyod-Bostock, 1976 Ashman&Elkins, 1994).

Kirkman (1984b dalam Ashman&Elkins, 1994) juga menemukan 40 persen dari sample anak-anak yang memiliki saudara berkebutuhan khusus menyatakan bahwa hubungan interpersonal dan prestasi akademik mereka di sekolah terpengaruh oleh kehadiran saudara kandungnya tersebut. Studi lain menemukan bahwa seseorang yang berada pada usia dewasa justru menunjukkan prestasi yang berlebih dengan tujuan mengkompensasi keterbatasan dari saudara kandungnya (Cleveland&Miller, 1977; Grossman, 1972; Kirkman, 1984b dalam Ashman&Elkins, 1994). Sebanyak 52 persen sample dalam studi yang dilakukan oleh Kirkman menyatakan tidak ada dampak pada aktivitas sekolah.

Macam-mcam gangguan anak special needs

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

1.Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),

2.Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),

3.Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),

4.Gangguan pendengaran berat(71-90dB),

5.Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

pengertian anak berbakat bagi special needs

Bakat merupakan talenta untuk membangun kekuatan pribadi anak di masa mendatang. Kesadaran akan sisi kekuatan seorang anak perlu digali dengan bantuan orang tua. Kesadaran akan pentingnya mengembangkan sisi kekuatan anak-anak ini tampaknya sangat disadari oleh orang tua dan pendidik yang membimbing siswa-siswa berkebutuhan khusus dalam mengolah pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam bidang seni dan bidang olahraga.
Beberapa pakar psikologi memberikan pengertian tentang anak berbakat:

1. Tannenbaum memandang keberbakatan dari empat klasifikasi yaitu kelangkaan, keunggulan (mengacu pada sensibilitas serta sensitivitas yang lebih tinggi), kuota (keterbatasan jumlah individu yang memiliki keterampilan) dan anomaly

2. Renzulli berpendapat bahwa seseorang bisa dikatakan berbakat jika ia menunjukkan kemampuan diatas rata-rata, melakukan hal-hal yang kreatif dan memiliki tekad dalam melaksanakan tugasnya.

3. Damon berpendapat bahwa bakat sangat dibutuhkan untuk berprestasi tinggi. Namun untuk berprestasi tinggi, bakat harus dikembangkan dengan kerja keras, keuletan serta latihan.

Menurut pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki keunggulan dalam satu atau lebih bidang tertentu dalam musik, sastra, olahraga dsb (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus dalam pendidikan.

Sekolah Inklusi, Masih Hitungan Jari

Tuesday, 10 July 2007
Sekolah LazuardiSelama ini, sekolah anak-anak “normal” dengan special need selalu terpisah. Lazuardi-GIS salah satu pionir yang membuat terobosan untuk mengatasi persoalan tersebut. Russanti Lubis

Tahukan Anda, bila dalam setiap 150 kelahiran, salah satunya adalah bayi pengidap autis? Jumlah ini tidak termasuk bayi-bayi yang dilahirkan dengan membawa “kelainan-kelainan” lain, seperti hiperaktif, AD/HD, learning differences/difficulties, down syndrome, dan sebagainya (termasuk juga tunadaksa, tunagrahita, tunaru-ngu, dan lain-lain). Jadi, dapat Anda bayangkan berapa banyak jumlah mereka.
Lalu, setelah mereka memasuki usia sekolah, ke mana mereka menimba ilmu? Tentu saja apa yang disebut dengan sekolah luar biasa, di mana mereka akan bergaul dengan teman-teman senasib. Padahal, berbagai penelitian menunjukkan bahwa mereka yang dulu disebut sebagai anak cacat ini (untuk menghindari konotasi negatif, kini mereka disebut sebagai special need atau yang membutuhkan perlakuan khusus, red.) berhak berada di lingkungan pergaulan yang lebih riil. Karena, pertama, di dunia kerja yang akan mereka jalani, mereka tidak hanya berkumpul dengan orang-orang yang special need. Kedua, mereka terbukti jauh lebih mampu mengembangkan potensi, jika mereka bergaul dengan anak-anak “normal”.

“Berdasarkan alasan ini, orang mulai berpikir tentang sekolah inklusi,” kata Haidar Bagir, pendiri dan pemilik sekolah inklusi, Lazuardi-GIS (Global Islamic School). Sekadar informasi, GIS merujuk pada sifat sekolah ini yaitu sekolah yang berorentasi global dan berlandaskan Islam tapi terbuka untuk umum, sedangkan nama sekolahnya adalah Lazuardi. “Untuk menghindari kerancuan dengan sekolah-sekolah global lain, kami lebih suka menyebutnya GIS,” jelasnya.
Di Indonesia, ia melanjutkan, sekolah inklusi masih dapat dihitung de-ngan jari. “Dan, sekolah kami salah satunya. Bahkan, boleh dikatakan, Lazuardi-GIS yang paling serius menangani pendidikan anak-anak special need. Misalnya, kami memiliki 25 terapis yang dididik secara khusus. Kami juga memiliki 100 guru alumni berbagai universitas di Indonesia yang mempunyai pengetahuan tentang anak-anak special need. Di luar itu, Lazuardi-GIS juga memiliki pusat te-rapi khusus,” ujarnya.

Sebagai sekolah inklusi, Lazuardi-GIS yang berdiri sejak tahun 2000 di atas lahan seluas hampir 3 ha di kawasan Cinere ini, menempatkan anak-anak “normal” dengan yang special need dalam satu kelas. Khusus untuk anak-anak yang memiliki special need cukup besar, disediakan terapis. Karena itu, di setiap kelas (1 sampai dengan 6) terdapat dua guru dan se-orang terapis, yang bertanggung jawab di bawah kordinasi sang guru untuk memberi perlakuan khusus kepada anak-anak special need, sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
“Tentu saja porsi belajar anak-anak special need lebih kecil daripada yang ‘normal’. Bukan membatasi, melainkan kebutuhan akan terapi. Pada waktu-waktu tertentu, bila perlu, anak-anak itu akan ‘ditarik’ dari kelas reguler dan dibawa ke Ruang Pelangi yaitu ruang kelas untuk terapi wicara dan terapi-terapi lain. Kalau masih diperlukan lagi, di luar jam sekolah, mereka diki-rim ke pusat Sekolah Lazuarditerapi khusus. Karena itu, dalam satu kelas hanya ditempatkan dua anak special need,” katanya.
Namun, ia melanjutkan, tidak lagi menjadi special need setelah menjalani pendidikan di sekolah inklusi, jarang terjadi. Sebab, tujuannya yaitu menjadikan mereka bisa hidup mandiri, bergaul, dan diterima masyarakat. “Untuk yang semacam itu, Insya Allah bisa kami lakukan. Yang jelas, orang tua mereka mengakui bahwa kemampuan buah hati mereka meningkat sa-ngat pesat,” ucapnya.

Selain itu, special need beraneka macam dan memiliki tingkatan dari ringan hingga berat. “Jadi, tergantung pada itulah apakah nantinya mereka mampu atau tidak mampu melanjutkan ke SMP biasa usai lulus dari SD sekolah inklusi. Beberapa contoh kasus menunjukkan bahwa semakin mereka dewasa, mereka hampir tidak lagi memiliki handicap untuk bersekolah seperti anak-anak ‘normal’. Tapi, itu bila mereka terus-menerus menda-patkan terapi intensif baik di dalam maupun di luar sekolah. Jadi, semuanya tergantung pada banyak faktor, apakah mereka dapat langsung dilepas dan menjadi mandiri sepenuhnya atau mempunyai tingkat kemandirian tertentu dan masih memerlukan bantuan,” imbuhnya.

Sekolah yang menggunakan dua bahasa dan mempadupadankan kurikulum nasional dengan kurikulum berbagai negara ini, kini memiliki 1.000 murid dengan 50 di antaranya siswa special need. Kepada mereka yang akan masuk SD dibebankan uang masuk Rp20 juta dan SPP Rp500 ribu. Selain itu, juga menerima anak special need berasal dari keluarga tak mampu. Karena, sekolah terakreditasi yang dibangun dengan total modal Rp17 milyar–Rp20 milyar ini, memiliki program beasiswa. “Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi murid Lazuardi-GIS. Tidak ada tes. Prinsip kami first in first serve sesuai dengan paradigma yang kami yakini bahwa semua anak cerdas dan tugas sekolah untuk mengembangkan potensi mereka. Kami hanya memiliki sistem observasi agar kami memiliki informasi yang cukup tentang setiap siswa kami, sehingga kami dapat memberikan pelayanan maksimal,” ujarnya.

Ke depannya, ia menambahkan, ingin mengembangkan Lazuardi-GIS sampai college. Selain itu, akan mengembangkan franchise dengan tujuan agar secara finansial makin kokoh dan bisa memberikan sumbang-an pendidikan bagi negeri ini. Saat ini, Lazuardi-GIS telah memiliki cabang di Jakarta Barat (Lazuardi Cordova), Lampung (Lazuardi Haura), Depok (Bina Qair, binaan), dan Kalimantan.

http://www.majalahpengusaha.com/content/view/186/30/

Karakteristik Anak Spesial Needs

Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk keperluan identifikasi, di bawah ini akan disebutkan ciri-ciri yang menonjol dari masing-masing jenis anak dengan kebutuhan khusus.

1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan

1. a. Tidak mampu melihat
2. b. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
3. Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
4. Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
5. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
6. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
7. Peradangan hebat pada kedua bola mata,
8. Mata bergoyang terus.

Nilai standar : 4 (di luar a dan b), maksudnya, jika a dan b terpenuhi, maka tidak perlu menghitung urutan berikutnya.

2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran

1. Tidak mampu mendengar,
2. Terlambat perkembangan bahasa
3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
4. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
5. Ucapan kata tidak jelas
6. Kualitas suara aneh/monoton,
7. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
8. Banyak perhatian terhadap getaran,
9. Keluar cairan ‘nanah’ dari kedua telinga

Nilai Standar : 6 (di luar a), maksudnya jika a terpenuhi, maka berikutnya tidak perlu dihiung.

3. Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan angota tubuh/gerakan

1. Anggauta gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
2. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
3. Terdapat bagian anggauta gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
4. Terdapat cacat pada alat gerak,
5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
6. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
7. Hiperaktif/tidak dapat tenang.

Nilai Standar : 5

4. Anak Berbakat/ memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa

1. Membaca pada usia lebih muda,
2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak,
3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas,
4. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
5. Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
6. Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
7. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
8. Memberi jawaban-jawaban yang baik,
9. Dapat memberikan banyak gagasan
10. Luwes dalam berpikir
11. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
12. Mempunyai pengamatan yang tajam,
13. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
14. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
15. Senang mencoba hal-hal baru,
16. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
17. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,
18. Cepat menangkap hubungan sebabakibat,
19. Berperilaku terarah pada tujuan,
20. Mempunyai daya imajinasi yang kuat,
21. Mempunyai banyak kegemaran (hobi),
22. Mempunyai daya ingat yang kuat,
23. Tidak cepat puas dengan prestasinya,
24. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),
25. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.

Nilai Standar : 18

5. Tunagrahita

1. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/ besar,
2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat
4. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
5. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
6. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)

Nilai Standar : 6

6. Anak Lamban Belajar

1. Rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah (kurang dari 6),
2. Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,
3. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
4. Pernah tidak naik kelas.

Nilai Standar : 4

7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik

• Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)

1. Perkembangan kemampuan membaca terlambat,
2. Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
3. Kalau membaca sering banyak kesalahan

Nilai standarnya 3

• Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)

1. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
2. Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
3. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
4. Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
5. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.

Nilai standarnya 4.

• Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)

1. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
2. Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
3. Sering salah membilang dengan urut,
4. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
5. Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

Nilai standarnya 4.

8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi

1. Sulit menangkap isi pembicaraan orang lain,
2. Tidak lancar dalam berbicaraa/mengemukakan ide,
3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
4. Kalau berbicara sering gagap/gugup,
5. Suaranya parau/aneh,
6. Tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu/celat/cadel,
7. Organ bicaranya tidak normal/sumbing.

Nilai standarnya 5.

9. Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku).

1. Bersikap membangkang,
2. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
3. Sering melakukan tindakan aggresif, merusak, mengganggu
4. Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.

Nilai standarnya 4.



C. Identifikasi

Istilah identifikasi secara harfiah dapat diartikan menemukan atau menemukenali. Dalam buku ini istilah identifkasi anak dengan kebutuhan khusus dimaksudkan merupakan suatu usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional/tingkah laku) dalam pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal).

Setelah dilakukan identifikasi, kondisi seseorang dapat diketahui, apakah pertumbuhan/perkembangannya termasuk normal atau mengalami kelainan/penyimpangan.

Bila mengalami kelainan/penyimpangan, dapat diketahui pula apakah anak tergolong: (1) Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan; (2) Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran; (3) Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan angota tubuh/gerakan); (4) Anak Berbakat/anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa; (5) Tunagrahita; (6) Anak lamban belajar; (7) Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (disleksia, disgrafia, atau diskalkulia); (8) Anak yang mengalami gangguan komunikasi; dan (9) Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.

Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya lebih ditekankan pada menemukan (secara kasar) apakah seorang anak tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan. Maka biasanya identifikasi dapat dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuhnya, gurunya, dan pihak-pihak yang terkait dengannya. Sedangkan langkah berikutnya, yang sering disebut asesmen, bila diperlukan dapat dilakukan oleh tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, therapis, dan lain-lain.

Dalam istilah sehari-hari, identifikasi sering disebut dengan istilah penjaringan, sedangkan asesmen disebut dengan istilah penyaringan

http://jakartahomeschoolingmyblog.wordpress.com/perihal/anak-dengan-kebutuhan-khusus-dan-identifikasinya/